Tampilkan postingan dengan label Buku. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Buku. Tampilkan semua postingan

Kamis, 21 Mei 2015

[Buku] The Last 72 Hours

Penyusun: Mustafa Tabanli (ED)
Penerjemah: Priono
Penerbit: Puspa Swara
Halaman: VI + 194 halaman
Cetakan: 2014

Jika hidupmu hanya tinggal 72 jam,
apa impian yang ingin dilakukan
sebelum maut menjemput?

Menghabiskannya dengan orang
terkasih atau justru malah berbuat
sesuatu untuk orang banyak?

Ya, 72 jam atau 3 hari adalah waktu
yang singkat untuk melakukan banyak
hal. Meski demikian, bukan tidak
mungkin impian atau harapan itu bisa
dilaksanakan.

Para penulis di dalam buku ini
memaparkan impian, harapan, dan
keinginan mereka yang harus
dilakukan selama 72 jam tersebut.

Mengharukan sekaligus
mencerahkan....

[Novel] Bonus Track



Penulis: Koshigaya Osamu
Penerjemah: Andry Setiawan
Penerbit (Indonesia): Penerbit Haru
Halaman: 380 halaman
Terbit (Indonesia) : Oktober 2014


Aku sendiri pun terkejut. Aku tidak pernah berpikir akan menjadi hantu dan bergentayangan.

Kusano Tetsuya bekerja di sebuah restoran hamburger besar di kotanya. Suatu malam, saat ia pulang kerja sambil mengendarai mobilnya, ia menjadi saksi tabrak lari. Sebuah mobil sport hitam melaju dengan kencang, meninggalkan seorang pemuda bertubuh kecil tergeletak di jalanan di tengah hujan.

Kusano mencoba untuk menolong pemuda itu, bahkan sampai memberikan napas buatan. Namun semua sudah terlambat. Semalam suntuk ia harus memberikan pernyataan di kantor polisi.

Gara-gara itu, Kusano demam tinggi dan bahkan berhalusinasi. Pemuda korban tabrak lari itu muncul di kamarnya, tidur-tiduran di atas sofanya, dan bahkan berbuat usil!

Tapi, apa itu benar-benar hanya halusinasi? Halusinasi itu sendiri sih mengaku kalau ia adalah hantu….

Kadang bonus track itu sendiri malah lebih baik dibandingkan dengan keseluruhan album.

Sabtu, 05 Juli 2014

Novel: Dua Belas Pasang Mata

Judul: Dua Belas Pasang Mata
Judul Asli: Nijushi no Hitomi
Penulis: Sakae Tsuboi
Penerjemah: Akira Miura
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman: 248 Halaman
Sinopsis: 
Sebagai guru baru, Bu Guru Oishi ditugaskan mengajar di sebuah desa nelayan yang miskin. Di sana dia belajar memahami kehidupan sederhana dan kasing sayang yang ditunjukkan murid-muridnya. Sementara waktu berlalu, tahun-tahun yang bagai impian itu disapu oleh kenyataan hidup yang sangat memilukan. Perang memporak-porandakan semuanya, dan anak-anak ini beserta guru mereka mesti belajar menyesuaikan diri dengan perubahan zaman.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEix3GzdQtMIBHO66xb_2NzCoF9klqoLxq2ZKFh41qDZCdojuDc54NVtab_QGyMpZI3cy2KqETXCESUYfY-qHgfSzwcDH263sNR9MDJafYw6FpCF3JPab5MvGPgtBsb4xdR1Jyqff2ZnRs7o/s1600/4fb7410330b0b8115c3c9cb0968eea08.jpg

Sabtu, 17 Mei 2014

Novel Leafie

Judul Buku: Leafie - Ayam Buruk Rupa dan Itik Kesayangannya
Judul Asli: Madangeul Naon Amtak
Pengarang: Hwang Sun-mi (2000)
Penerjemah: Dwita Rizki Nientyas
Tebal: 224 hlm; 20,5 cm
Cetakan: 1, Februari 2013
Penerbit: Qanita
"Orang yang memiliki mimpi adalah tokoh utama di muka bumi" (Hwang Sun-mi, halaman 7).
Leafie, itulah nama yang dipilihnya untuk dirinya sendiri. Ia adalah seekor ayam petelur yang dikurung dalam kandang, di mana melalui pintu yang tidak tertutup rapat, ia bisa melihat pohon akasia dan mengagumi dedaunannya.
"Dedaunan adalah ibu dari para bunga. Bernapas sambil bertahan hidup walau dihempas angin. Menyimpan cahaya matahari dan membesarkan bunga putih yang menyilaukan mata. Jika bukan karena dedaunan, pohon pasti tidak dapat hidup. Dedaunan benar-benar hebat." (hlm. 85).


Kekagumannya pada dedaunan itulah yang menginspirasinya untuk memberikan dirinya sendiri nama Leafie -dari leaf yang berarti daun. Tapi dengan nama seindah itu, tidak membuat hidupnya otomatis bahagia. Sebagai ayam petelur, Leafie tidak dapat mengerami telurnya. Padahal mengerami telur dan menyaksikan kelahiran anaknya adalah mimpi terbesar Leafie. Perasaan itu muncul setelah ia melihat ayam betina di halaman berkeliaran bersama anak-anaknya.
Telurnya selalu diambil oleh majikannya. Bahkan, suatu hari, telurnya yang masih lembek dengan cangkang yang belum matang diambil majikannya dan dicampakkan ke halaman. Anjing Tua di halaman menjilat telur itu hingga habis. Leafie pun memutuskan tidak akan bertelur lagi, dan berarti ia tidak akan menelan makanan yang diberikan majikannya.  Ia  menjadi kian kurus, buruk rupa, dan kemudian sekarat. Pada akhirnya, majikannya melemparkannya di lubang pembuangan.
Leafie masih belum mati ketika musang datang mengincarnya. Bebek liar, bebek dengan kepala berwarna hijau atau yang dikenal sebagai Bebek Pengelana yang memperhatikan situasi genting itu dan menyelamatkan Leafie. Setelah lolos dari incaran Musang, Leafie mencoba bergabung dengan keluarga halaman - Anjing Tua, Ayam Jantan dan Ayam Betina dengan anak-anak mereka,  dan keluarga bebek. Tapi ia ditolak mentah-mentah karena dianggap tidak layak berada di halaman.
Hidup Leafie terasa sangat berat sampai suatu hari ia menemukan sebuah telur yang besar dan indah berwarna putih kebiruan di tengah-tengah semak mawar liar. Leafie tidak tahu kalau telur itu milik Bebek Pengelana dan Bebek Putih Susu, pasangannya. Bebek Putih Susu telah dimangsa Musang, sedangkan Bebek Pengelana yang sempat tergigit Musang, terluka dan tidak bisa terbang untuk kembali ke negeri musim dingin.
Menemukan telur hanya berarti satu bagi Leafie: mimpinya menjadi nyata. Ia bisa mengerami telur dan menyaksikan keluarnya anak dari cangkang telur itu. Penemuan ini membuat semangat hidupnya menggelora dan memancing naluri keibuannya sebagai ayam betina. Maka ia pun mengerami telur itu, menjaga dengan penuh cinta. Sementara itu, Bebek Pengelana mencarikan makanan dan berjaga di luar rimbunan semak mawar liar. Saat akhirnya telur itu menetas, Bebek Pengelana mesti mengorbankan dirinya untuk menjadi santapan Musang yang sedang kelaparan. Sebelumnya, ia berpesan kepada Leafie untuk membawa anaknya ke bendungan, dan bukan halaman. Leafie tidak mengetahui tujuan Bebek Pengelana sampai musim dingin tiba. 
Hidup di luar  halaman semakin riskan bagi Leafie dengan adanya anak bebek itu. Si jahat Musang dan komplotannya masih terus memburunya. Leafie sangat mencintai anak bebek yang kemudian dinamainya Greenie dan bertekad melindunginya dari kejahatan Musang. Tapi, tatkala Greenie semakin besar, ternyata Greenie bisa melindungi dirinya, karena ia mampu mengepakkan sayap untuk terbang. Leafie-lah yang justru dikhawatirkan Greenie.
Mengikuti dan hidup bersama Leafie, sesungguhnya tidak mudah bagi Greenie. Ia tidak bisa berkokok karena bukan ayam, tapi kehadirannya dimusuhi oleh para bebek rumahan. Padahal, sebagai bebek Greenie ingin bergabung dalam sebuah kelompok. 
Apakah akhirnya Greenie bisa mendapatkan kelompok bebek untuk bergabung? Jawaban pertanyaan ini sekaligus akan memberikan jawaban kepada Leafie apa yang menjadi alasan Bebek Pengelana memintanya untuk pergi ke bendungan setelah Greenie lahir.
Pertanyaan berikut adalah: apakah Leafie mampu membebaskan dirinya dari perburuan yang dilakukan si Musang bermata satu? Saat mencoba menghadapi si Musang dengan menyandera anak-anaknya, terbit sebuah perasaan iba. Bagaimanapun, Musang itu adalah seorang ibu, seorang ibu dengan anak-anak yang membutuhkan makanan, dan tidak punya pilihan.
Tapi ternyata, setelah mimpi mengerami telur dan menyaksikan menetasnya telur itu, masih ada mimpi lain dari Leafie. Sebuah mimpi yang jauh lebih besar. Si Musanglah yang akan membantu terwujudnya mimpi ini.
Dulu aku memiliki sebuah keinginan. Mengerami telur dan melihat kelahiran seekor anak ayam!  Itu sudah terkabul. Hidupku memang menyedihkan, tapi aku bahagia. Aku bisa hidup sampai hari ini karena keinginanku. Sekarang, aku ingin terbang. Seperti Greenie, aku ingin terbang tinggi sampai ke tempat yang jauh!" (hlm. 214).
Leafie: Ayam Buruk Rupa dan Itik Kesayangannya adalah fabel kontemporer karya pengarang Korea Selatan, Hwang Sun-mi. Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, kisah ini mengusung mimpi, cinta, dan kepasrahan dengan Leafie sebagai pusat kisahnya. Leafie-lah yang bermimpi, mencintai, dan pasrah dengan kehidupannya. Meskipun semenjak awal hingga kisah dituntaskan kehidupan Leafie tidak aman dan tenteram sehingga memberikan kesan 'gelap' bagi kisah ini, tapi kemunculan Greenie bahkan si Musang telah membuat kehidupan Leafie berarti. Greenie menggenapkan mimpi dan membuatnya mencintai, sedangkan si Musang membuatnya memahami arti kepasrahan. Sungguh sangat indah.
Seperti Leafie sebelum dikeluarkan dari kandang ayam petelur, kehidupan tanpa kesempatan mewujudkan mimpi memang membuat patah hati. Terkurung dalam kandang menghalangi realisasi mimpinya. Padahal kebebasan dalam mewujudkan mimpi membuat hidup menjadi indah dan berani. Mimpi yang terwujud pun tidak berbeda dengan sebuah keajaiban. Kesempatan mewujudkan mimpi akan direstui semesta, sebagaimana yang dialami Leafie, tergantung sekuat apa mimpi itu. Ancaman bisa menghadang, tapi akan selalu ada yang membantu mengatasinya.
Leafie - Ayam Buruk Rupa dan Itik Kesayangannya dikisahkan dengan bahasa yang tidak rumit, tapi dirancang dengan baik, karakterisasi dan alur kisahnya. Para hewan begitu hidup dengan perasaan dan pikiran mereka sehingga dengan mudah bisa dikaitkan dengan kepribadian manusia -sebagaimana yang diharapkan dari sebuah fabel. Plotnya terjaga hingga bagian pamungkasnya yang hampir tidak terduga. Ada sejumput perasaan kehilangan begitu kita mencapai kalimat terakhir kisah ini. 
Apa yang dijalani Leafie menunjukkan kerasnya kehidupan. Dan Leafie memberikan teladan bagaimana seharusnya menghadapi kehidupan seperti itu, yaitu dengan cinta, semangat, tapi juga kepasrahan. Sehingga dari seekor ayam betina buruk rupa yang tidak berguna, Leafie bisa memberikan arti bagi hidupnya. Kehidupan Leafie akan menggema dalam sanubari kita: apakah kita sudah mampu memberi arti bagi hidup kita dengan melakukan yang baik bagi orang lain?
Meskipun anak-anak menjadi target utama buku ini -tapi umur berapa pun Anda, tetap wajib baca buku ini- pengarang tidak terjebak untuk bersikap menggurui. Kita tidak akan mendapatkan rombongan nasihat dijejali dalam bentuk narasi yang panjang. Karakterisasi para tokohnya yang dikemas dengan baiklah yang berbicara langsung melalui tindakan mereka sehingga kita bisa memilih akan menjadi seperti siapa. 
Leafie - Ayam Buruk Rupa dan Itik Kesayangannya pertama kali dirilis di Korea Selatan pada tahun 2000 dan terjual lebih dari 1 juta eksemplar secara domestik. Buku yang laris terjual hingga lebih dari sepuluh tahun di Korea Selatan ini juga telah diterbitkan di beberapa negara lain termasuk Prancis, Polandia, Jepang, China, Vietnam, Thailand, Italia, dan -tentu saja- Indonesia. Pada tahun 2011 telah diadaptasi ke dalam film animasi yang disambut di Festival Cannes dan menjadi Best Family Film 2011 di Sitges Festival, Spanyol. 
Hwang Sun-mi, sang pengarang, adalah profesor di Fakultas Sastra Seoul Institute of Arts. Ia mengawali karier kepenulisannnya pada tahun 2005 dan sejak saat itu telah menerbitkan sekitar 30 buku yang meliputi kisah realis dan fantasi. Karyanya telah diadaptasi menjadi pertunjukan boneka, pertunjukan musikal, dan film animasi.

 
biz.