Kamis, 15 Februari 2018

Teman-Teman Khayalan

Aku sangat suka membaca novel dan menjadi novelis adalah salah satu dari banyak cita-citaku. Aku baru tertarik membaca novel-novel anak saat kelas 5 SD dan mulai mengarang-ngarang ceritaku sendiri. Aku sendiri sudah lupa seperti apa cerita pertamaku itu karena aku hanya membayangkannya dan baru menulis bab awalnya (dan itupun kuhapus setelah aku merasa aneh dengan tulisanku sendiri). Saat SMP, aku sudah memikirkan cerita yang membuatku bersemangat untuk menyelesaikannya, tapi tulisan itu belum selesai karena cerita yang terus berkembang sehingga apa yang sudah terlanjur kutulis jadi kurang 'nyambung' dan tidak sesuai dengan maksudku (tapi kali ini seaneh apapun tulisan itu, aku tetap menyimpannya sebagai kenang-kenangan).

Ada 3 cerita yang masih terpendam dalam khayalanku, ketiganya bergenre fantasi. Seiring berkembangnya ceritaku, tokoh-tokoh di dalamnya pun semakin terasa nyata. Dan mereka sudah menjadi seperti temanku sendiri. Tanpa sadar aku menyisipkan karekterku dalam karakter mereka. Mereka pun seakan menjadi refleksi dari pribadi yang kuharapkan.

Apabila ada kesamaan nama, karakter, atau background story, itu hanyalah kebetulan semata.


Tokoh yang pertama, setelah berganti nama sebanyak 2 kali, akhirnya aku menamai tokoh yang satu ini Kai. Dalam ceritanya, ia adalah laki-laki berusia 15 tahun dan seorang pangeran yang dibenci oleh rakyatnya sendiri karena memiliki darah 'monster' dari ibunya. Ia tidak mau menjadi penerus takhta ayahnya dan lebih memilih untuk mencari kakak seayahnya yang telah lama hilang dan diyakini sudah mati agar dapat terlepas dari takdirnya menjadi pewaris takhta. Ia tidak suka menjadi pusat perhatian dan lebih memilih untuk 'bekerja di balik layar'. Daripada cool, aku lebih membayangkan Kai menjadi sosok yang pendiam, namun menjadi sosok yang hangat setelah kau lama mengenalnya. Ia berusaha menjadi orang yang berguna untuk siapapun. Hanya saja ia tidak bisa mengontrol kekuatan dari darah ibunya dan agak pendendam.

Tokoh yang kedua kuberi nama Ahva, anggaplah dia berusia 18 tahun. Ia ada dalam cerita yang sama dengan Kai, hanya saja dalam latar tempat dan waktu yang berbeda. Sama seperti Kai, ia adalah pangeran (putra mahkota) yang tidak mau menjadi penerus takhta, maka Ahva memilih untuk langsung menyerahkan kekuasaan pada anaknya nanti jika ibunya (yaitu sang ratu) turun takhta/mati. Berbeda dengan Kai yang dibenci, Ahva adalah pangeran yang ditakuti di kerajaannya karena memiliki 'kemampuan istimewa'. Ia terbiasa mengabaikan perasaannya (kecuali pada saat-saat tertentu), tidak mau ikut campur urusan orang lain, dan terkadang asyik sendiri saat sibuk melakukan sesuatu. Di awal cerita, aku memang membayangkannya sebagai pemuda dingin yang tidak punya hati, tapi seiring perkembangan cerita, ia akan menjadi pribadi yang jauh berbeda. Dan jujur, dari perkembangan inilah aku jadi lebih memfavoritkan Ahva daripada Kai (maaf, Kai ._. ) yang tokoh utama.

Tokoh yang ketiga berasal dari cerita yang berbeda dengan Kai dan Ahva (meskipun masih berlatar kerajaan) yang bernama Zia. Ia adalah seorang putri dan memiliki kakak yang merupakan seorang raja (muda). Di usia Zia yang ke 16 tahun, kerajaannya diserang dan kakaknya terbunuh. Saat ia akan ditangkap untuk dijadikan tahanan, ia langsung melarikan diri dan menyamar menjadi  warga biasa hingga ia dapat membalas dendam pada orang yang membunuh kakaknya (kunamai dia Areztya, seumuran dengan Zia. Raja dari kerajaan yang menyerang istana Zia).
Setelah 2 tahun menjadi warga biasa, Zia mempunyai sifat yang kelelakian dan kasar, dan sejak penyerangan itu, Zia menjadi pribadi yang pendendam. Namun diluar itu, ia tetap senang membantu orang lain dan tidak mau mempunyai hutang budi. Sifat inilah yang mempertemukannya dengan Alfa yang menjadi awal mula ceritaku (yang kedua).



Tokoh yang keempat kuberi nama Alfa. Berusia tak jauh berbeda dengan Zia. Seorang prajurit dari kerajaan Raja Areztya yang malah membenci rajanya sendiri. Ia sangat suka wangi kayu cendana. Tidak sengaja bertemu Zia dan menolongnya saat ia sedang melaksanakan misi. Zia menawarkan diri untuk membantu misinya. Alfa sangat suka pada binatang dan anak-anak, juga mempunyai sifat lembut dan tenang, berkebalikan dengan Zia (yang membuat Zia sendiri minder dan merasa gagal menjadi perempuan (what?)).
Meskipun cerita yang kedua ini belum terlalu 'jelas', tapi tokoh-tokohnya seakan lebih hidup dari tokoh-tokoh di cerita pertama. Sepertinya aku tidak sengaja menambahkan bumbu romance dalam cerita ini. HAHA.


Tokoh yang kelima, berasal dari cerita ketiga yang mempunyai latar jauh di masa depan, zaman dimana cyborg bukan lagi hal yang aneh. (Latar tempatnya masih kabur. Sepertinya aku melewatkan bagian world building dalam cerita ini)
Namanya Azalea, berusia 16 tahun. Terbangun dalam kondisi hilang ingatan dalam sebuah kota yang sedang sedang dilanda kepanikan karena cyborg terkuat Profesor Axel (tokoh antagonis) menghilang dan penduduk tidak akan merasa tenang hingga cyborg tersebut ditemukan dan dikalahkan. Namun ternyata, Azalea menemukan cyborg itu di gudang rumahnya (?).
Karena mungkin kepalanya terbentur, selain lupa ingatan, Azalea juga agak telmi. Tapi ia tidak menyerah untuk memulai kehidupannya lagi dari awal. Ia kadang-kadang tidak menyadari hal-hal yang berbahaya. Ia pun bersemangat untuk mencari teman sebanyak-banyaknya, termasuk si cyborg yang ia temukan di gudang.

Oke... setelah membaca deskripsi teman-teman khayalanku di atas, apa kalian bisa membayangkan betapa absurdnya cerita-ceritaku itu? Haha.



15, eh... 16 Februari 2018

Ngalong menyambut liburan 4 hari berturut-turut.

...horeeee

rifqa.amaris

Author & Editor

Menata kata untuk dunia yang lebih bermakna.

1 komentar:

 
biz.