1. Tanah
Alluvial
Alluvial adalah tanah yang berasal dari endapan lumpur yang dibawa melalui
sungai-sungai. Secara umum, sifat jenis tanah ini mudah digarap, dapat
menyerap air, dan permeabel sehingga cocok untuk semua jenis tanaman
pertanian. Ciri-ciri tanah alluvial yaitu, jenis tanah masih muda,
belum mengalami perkembangan, berasal dari bahan induk aluvium, tekstur
beraneka, dan kesuburan umumnya sedang hingga tinggi. Tanah ini cocok ditanami
padi, palawija, tembakau, tebu, sayuran, kelapa dan buah-buahan. Jenis tanah
ini terdapat di Jawa bagian Utara, Sumatra bagian Timur, Kalimantan bagian
Barat dan Selatan. Penyebarannya di lembah-lembah sungai dan dataran pantai
seperti misalnya, di Karawang, Indramayu, Delta Brantas.
2. Tanah
Andosol
Tanah andosol terbentuk dari endapan abu vulkanik yang telah mengalami
pelapukan sehingga menghasilkan tanah yang subur. Tanah ini memiliki ciri-ciri
yaitu, merupakan jenis tanah mineral yang telah mempunyai perkembangan profil,
warna coklat kekelabuan hingga hitam, kandungan organiknya tinggi, dan
kelembapannya juga tinggi. Penyebarannya di daerah beriklim sedang dengan curah
hujan diatas 2500 mm/tahun tanpa bulan kering, umumnya di jumpai di daerah
lereng atau kerucut volkan dengan ketinggian diatas 800 m diatas permukaan
laut. Andosol kebanyakan terdapat di pulau-pulau yang memiliki gunung api
aktif, seperti di Sumatra bagian Barat, Jawa, Bali, dan sebagian Nusa Tenggara.
3. Tanah
Entisol
Entisol berasal dari abu vulkanik hasil erupsi yang dikeluarkan gunung-gunung
berapi berupa debu, pasir, kerikil, batu bom dan lapili. Selain itu berasal
dari gunduk pasir yang terjadi di sepanjang pantai, misalnya diantara Cilacap
dan Parangtritis (selatan Yogyakarta), dan Kerawang. Tanah tipe ini di
sepanjang aliran besar merupakan campuran yang mengandung banyak hara tanaman
sehingga dianggap subur. Entisol mempunyai ciri-ciri sebagai berikut yaitu,
tanah yang baru berkembang, belum ada perkembangan horison tanah, meliputi
tanah-tanah yang berada di atas batuan induk dan termasuk tanah yang berkembang
dari bahan baru.
4. Tanah
Grumusol
Grumusol adalah tanah yang berasal dari batuan induk kapur dan tuffa vulkanik,
sehingga kandungan organiknya rendah. Tanah grumusol pada umumnya
mempunyai tekstur liat, berwarna kelabu hingga hitam, pH netral hingga alkalis,
dan mudah pecah saat musim kemarau. Di Indonesia, jenis tanah ini terbentuk
pada tempat-tempat yang tingginya tidak lebih dari 300 m di atas permukaan laut
dengan topografi agak bergelombang hingga berbukit, temperatur rata-rata 25 derajat Celcius,
curah hujan 2.500 mm, dengan pergantian musim hujan dan kemarau yang
nyata. Persebarannya meliputi Sumatra Barat, Jawa Barat (daerah Cianjur), Jawa
Tengah (Demak, Grobogan), Jawa Timur (Tuban, Bojonegoro, Ngawi, Madiun, dan Bangil),
serta di Nusa Tenggara Timur. Pemanfaatan jenis tanah ini pada umumnya untuk
jenis vegetasi rumput-rumputan atau tanaman keras semusim (misalnya pohon jati).
5. Tanah
Humus
Tanah humus adalah tanah hasil pelapukan tumbuh-tumbuhan (bahan organik). Tanah
humus ini sangat subur dan cocok untuk lahan pertanian, warnanya kehitaman.
Tanah jenis ini terdapat di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Papua.
6. Tanah
Inceptisol
Inceptisol adalah tanah
yang terbentuk dari batuan beku, sedimen, atau metamorf masam atau basa.
Inceptisol memiliki ciri-ciri sebagai berikut, yaitu adanya horizon kambik ,
dimana terdapat horizon penumpukan liat dari horizon diatasnya, tanah yang
mulai berkembang tetapi belum matang yang ditandai oleh perkembangan profil
yang lebih lemah, mencakup tanah sulfat masam (Sulfaquept) yang mengandung
horison sulfurik yang sangat masam, tanah sawah (aquept) dan tanah latosol.
Tanah jenis ini banyak terdapat di Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Sebagain
besar tanah ini ditanami palawija (Jawa) dan hutan/semak belukar (Sumatera dan
Kalimantan).
7. Tanah
Laterit
Tanah laterit adalah tanah yang banyak mengandung zat besi dan aluminium.
Karena tua sekali maka tanah ini sudah tidak subur lagi. Tanah laterit berwarna
merah muda sehingga disebut pula tanah merah. Tanah jenis ini banyak terdapat
di daerah Jawa Timur, Jawa Barat, Kalimantan Barat dan Lampung.
8. Tanah
Latosol
Latosol adalah tanah yang terbentuk dari batuan beku,sedimen,dan
metafomorf. Tanah latosol memiliki ciri-ciri yaitu, merupakan jenis tanah
yang telah berkembang atau terjadi deferensiasi horison, solum dalam, tekstur
lempung, warna coklat, merah hingga kuning, tersebar di daerah beriklim basah,
curah hujan lebih dari 3000 mm/tahun, ketinggian tempat berkisar antara 300-1000
meter di atas permukaan laut, mudah menyerap air, memiliki pH 6 – 7 (netral)
hingga asam, memiliki zat fosfat yang mudah bersenyawa dengan unsur besi dan
aluminium, kadar humusnya mudah menurun. Tanah ini tersebar di kawasan Bukit
Barisan (Sumatra), Jawa, Kalimantan Timur dan Selatan, Bali, Papua, dan
Sulawesi.
9. Tanah
Litosol
Tanah litosol belum lama mengalami perkembangan tanah, akibat pengaruh iklim
yang lemah, letusan vulkan, atau topografi yang terlalu miring atau
bergelombang. Tanah litosol harus diusahakan agar dipercepat pembentukan
tanahnya, antara lain dengna penghutanan atau tindakan lain untuk mempercepat
proses pelapukan. Tanah jenis ini merupakan tanah mineral dengan sedikit
perkembanan profil, tekstur tanah beraneka dan pada umumnya berpasir, tidak
bertekstur, warna, kandungan batu, kerikil dan kesuburan bervariasi. Litosol
dapat dijumpai di segala iklim, umumnya di topografi berbukit, pegunungan, dan
kemiringan lereng miring hingga curam. Tanah litosol terdapat di daerah
pegunungan kapur dan daerah karst di Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Nusa
Tenggara, dan Maluku Selatan.
10. Tanah Kapur
Tanah kapur adalah tanah yang berasal dari batuan kapur yang pada umumnya
terdapat di daerah pegunungan kapur dan berumur tua. Tanah ini tidak subur,
tetapi masih dapat ditanami pohon jati, seperti daerah hutan jati di Pegunungan
Kendeng, Blora, Jawa Tengah, dan di Pegunungan Sewu, Gunung Kidul, Yogyakarta.
. Persebarannya banyak terdapat di daerah pegunungan kapur, seperti Jawa Timur,
Jawa Tengah, Nusa Tenggara, Jawa Barat, Sulawesi, Maluku dan Sumatera.
11. Tanah Mergel
Tanah mergel adalah tanah yang terjadi dari campuran batuan kapur, pasir dan
tanah liat. Pembentukan tanah mergel dipengaruhi oleh hujan yang tidak merata
sepanjang tahun. Tanah mergel termasuk jenis tanah yang subur dan banyak
terdapat di lereng pegunungan dan dataran rendah, misalnya Solo (Jawa Tengah),
Madiun, dan Kediri (Jawa Timur).
12. Tanah Organosol
Tanah organosol adalah tanah yang terjadi dari bahan induk organik, seperti gambut
dan rumput rawa pada iklim basah dengan curah hujan lebih dari 2.500
mm/tahun. Tanah ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut, yaitu tidak
tejadi deferensiasi horison secara jelas, ketebalan lebih dari 0,5 m, warna
coklat hingga kehitaman, tekstur debu lempung, tidak berstruktur, konsistensi
agak lekat, kandungan organik lebih dari 30% untuk tanah tekstur lempung dan
lebih dari 20% untuk tanah tekstur pasir, umumnya bersifat sangat asam (pH
4,0), dan kandungan unsur hara rendah. Jenis tanah ini terdapat di Jawa,
daerah pasang surut di daratan Timur Sumatra, pantai Kalimantan bagian barat
dan selatan, serta pantai Papua (Irian jaya) bagian barat dan selatan yang
kesemuanya kaya akan unsur hara.
13. Tanah Oxisol
Oxisol adalah tanah yang kaya akan besi dan aluminium oksida. Tanah jenis ini
memiliki ciri-ciri sebagai berikut, yaitu solum yang dangkal, kurang dari 1
meter, kaya akan seskuioksida yang telah mengalami pelapukan lanjut, adanya
horizon oksik pada kedalaman kurang dari 1,5 m, susunan horison A, B, dan C
dengan horizon B spesifik berwarna merah kuning sampai kuning coklat dan
bertekstur paling halus liat, mengandung konkresi Fe/Mn lapisan kuarsa. Banyak
digunakan untuk perladangan, pertanian subsisten pengembalaan dengan intensitas
rendah, dan perkebunan yang intensif seperti perkebunan tebu, nanas, pisang dan
kopi. Tanah jenis ini tersebar di daerah tropik basah.
14. Tanah
Padas
Tanah padas adalah tanah yang amat padat, karena mineral di dalamnya
dikeluarkan oleh air yang terdapat di lapisan tanah sebelah
atasnya. Sebenarnya tanah padas tidak dapat dikatakan tanah, karena tanah
telah hilang dan sisanya terdiri dari lapukan batuan induk. Kandungan organik
tanah ini rendah bahkan hampir tidak ada dan peka terhadap erosi. Jenis
tanah ini terdapat hampir di seluruh wilayah Indonesia.
15. Tanah Pasir
Tanah pasir adalah tanah yang berasal dari batu pasir yang telah melapuk. Tanah
ini sangat miskin, tidak berstruktur, sedikit mengandung bahan organik dan
kadar air di dalamnya sangat sedikit. Tanah pasir terdapat di pantai barat
Sumatra Barat, Jawa Timur, dan Sulawesi. Tanah pasir yang terdapat di pantai
berpasir disebut sand dune. Di daerah ini dipengaruhi oleh
angin, seperti bukit pasir di Pantai Parangtritis, Yogyakarta.
16. Tanah Podsol
Tanah podsol terbentuk karena pengaruh curah hujan yang tinggi dan suhu yang
rendah. Tanah podsol mempunyai ciri-ciri sebagai berikut, yaitu jenis
tanah ini tidak mempunyai perkembangan profil, tekstur lempung hingga pasir,
kandungan pasir kuarsanya tinggi, kesuburannya rendah dan warnanya kuning dan
kuning kelabu. Penyebarannya di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari
2000 mm/tahun tanpa bulan kering. Misalnya daerah Kalimantan Tengah, Sumatra
Utara dan Irian Jaya.
17. Tanah Podzolik
Merah Kuning
Tanah podzolik merah kuning merupakan jenis tanah yang memiliki persebaran
terluas di Indonesia. Berasal dari bahan induk batuan kuarsa di zona iklim
basah dengan curah hujan antara 2.500 – 3.000 mm/tahun. Sifatnya mudah basah
dan mudah mengalami pencucian oleh air hujan, sehingga kesuburannya berkurang.
Dengan pemupukan yang teratur, jenis tanah ini dapat dimanfaatkan untuk
persawahan dan perkebunan. Tersebar di dataran-dataran tinggi Sumatra,
Sulawesi, Papua, Kalimantan, Jawa Barat, Maluku, dan Nusa Tenggara.
18. Tanah Regosol
Tanah regosol adalah tanah yang terbentuk akibat pelapukan batuan yang
mengandung abu vulkanik, pasir pantai dan nafal. Ciri-cirinya yaitu, Tanah
regosol merupakan hasil erupsi gunung berapi, Jenis tanah masih muda, belum
mengalami deferensiasi horison, bersifat subur, berbutir kasar, berwarna
keabuan, kaya unsur hara, pH 6 – 7, cenderung gembur, kemampuan menyerap air
tinggi, dan mudah tererosi. Persebaran jenis tanah ini di Indonesia terdapat di
setiap pulau yang memiliki gunung api, baik yang masih aktif ataupun yang sudah
mati. Seperti Jawa, Sumatra, dan Madura. Banyak dimanfaatkan untuk lahan
pertanian.
19. Tanah Rendzina
Tanah rendzina tersebar tidak begitu luas di beberapa pulau Indonesia.
Berdasarkan luasannya, daerah-daerah di Indonesia yang memiliki jenis tanah ini
adalah Maluku, Papua, Aceh, Sulawesi Selatan, Lampung, dan Pegunungan Kapur di
Jawa. Rendzina memiliki ciri-ciri yaitu, merupakan tanah padang rumput yang
tipis berwarna gelap, terbentuk dari kapur lunak, batu-batuan mergel, dan gips.
Pada umumnya memiliki kandungan Ca dan Mg yang tinggi dengan pH antara 7,5 –
8,5 dan peka terhadap erosi. Jenis tanah ini kurang bagus untuk lahan
pertanian, sehingga dibudidayakan untuk tanaman-tanaman keras semusim dan
palawija.
20. Tanah Ultisol
Ultisol adalah tanah asam dengan lapisan yang dalam, terbentuk di hutan dan
terdiri dari tanah liat. Ciri-ciri tanah ini yaitu, kandungan bahan organik,
kenjenuhan basa dan pH rendah (pH 4,2-4,8), terjadi proses podsolisasi: proses
pecucian bahan organik dan seskuioksida dimana terjadi penimbunan Fe dan Al dan
Si tercui, bahan induk seringkali berbecak kuning, merah dan kelabu tak begitu
dalam tersusun atas batuan bersilika, batu lapis, batu pasir, dan batu liat,
terbentuk dalam daerah iklim seperti Latosol, perbedaan karena bahan induk :
Latosol terutama berasal dari batuan volkanik basa dan intermediate, sedang
tanah Ultisol berasal dari batuan beku dan tuff. Tanah yang paling luas
penyebarannya di Indonesia: Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan sebagian
Jawa . Sebaiknya tanah ini dihutankan atau untuk perkebunan seperti : kelapa
sawit, karet dan nanas.
21. Tanah Vertisol
Vertisol adalah tanah liat tinggi yang
mengembang pada waktu basah dan pecah-pecah pada waktu kering.
Ciri-ciri dari tanah ini yaitu, solum yang dangkal, kurang dari 1 meter, kaya
akan seskuioksida yang telah mengalami pelapukan lanjut, adanya horizon oksik
pada kedalaman kurang dari 1,5 m, susunan horison A, B, dan C dengan horizon B
spesifik berwarna merah kuning sampai kuning coklat dan bertekstur paling halus
liat, mengandung konkresi Fe/Mn lapisan kuarsa. Banyak digunakan untuk
perladangan, pertanian subsisten pengembalaan dengan intensitas rendah, dan
perkebunan yang intensif seperti perkebunan tebu, nanas, pisang dan kopi. Tanah
ini tersebar di daerah dengan musim kering musiman.
22. Tanah Vulkanis
Tanah vulkanis adalah tanah yang berasal dari pelapukan batuan-batuan vulkanis,
baik dari lava/batu yang telah membeku (effusi) maupun dari abu vulkanis yang
telah membeku (efflata). Daerah pembekuan lava tidak begitu luas dibanding
daerah abu vulkanis. Contoh tanah vulkanis, yaitu tanah tuff yang terbentuk
dari abu gunung api dan bersifat sangat subur. Tanah tuff terdapat di Lampung,
palembang, dan Sumatra Barat, sedangkan daerah yang terkena letusan gunung
berapi terisi abu vulkanis, seperti Bandung, Garut, dan sekitarnya baik untuk
jenis pertanian karena sangat subur. Tanah vulkanis terdapat di Jawa, Sumatra,
Bali, dan beberapa wilayah lain yang memiliki gunung api.
23. Tanah Hidromorf
Kelabu
Tanah hidromorf kelabu terbentuk akibat pelapukan batuan tufa vulkanik asam dan
batu pasir. Jenis tanah ini perkembangannya lebih dipengaruhi oleh faktor lokal
yaitu topografi yang berupa dataran rendah atau cekungan, hampir selalu
tergenang air dan warna kelabu kekuningan.
Sumber